Selamat Datang Kawan !!!!!! Inspirasi Tanpa Batas : Jurnal Refleksi Minggu Ke-15 Modul 2.3 Coaching

Senin, 04 April 2022

Jurnal Refleksi Minggu Ke-15 Modul 2.3 Coaching

 

Model 2: Description, Examination and Articulation of Learning (DEAL)

1. Description

Tanpa terasa kegiatan Program CGP sudah pada modul 2.3 Coaching. Saya bersama rekan-rekan CGP pada minggu ini pada tanggal 24-31 Maret 2022 melakukan :

1. Ruang kolaborasi praktik coaching, 

2. Refleksi terbimbing, 

3. Demontrasi kontektual 

4. Elaborasi bersama instruktur. 

Dalam kegiatan kolaborasi yang dilaksanakan tanggal 24-25 Maret 2022 saya dan teman teman CGP berusaha menjalin komunikasi asertif, menjadi pendengar aktif, bertanya efektif, dan memberi umpan balik positif, serta latihan coaching model TIRTA. Banyak pengetahuan baru yang saya dapatkan dalam tugas  kolaborasi yaitu membuat sekenario coaching model TIRTA dari 3 kasus, dilanjutkan dengan praktik latihan sesama CGP dalam menerapkan coaching pada ke tiga kasus tersebut dengan peran CGP meliputi coaching, coachee dan pengamat. 

Pada tanggal  28 Maret 2022 kegiatan dilanjutkan dengan refleksi terbimbing, banyak hal yang bisa saya refleksikan atas diri saya setelah memahami konsep coaching bagi siswa atau teman sejawat, sebenarnya saya sudah merasa melakukan coaching dalam praktik nyata di sekolah selama ini namun setelah memahami model TIRTA dengan alur yang jelas akan men jadikan saya lebih fokus dalam melakukan coaching.

Pada tanggal 29-30 Maret 2022 Kegiatan dilanjutkan dengan demontrasi kontektual yaitu praktik coaching. Pada kegiatan ini saya belajar melakukan coaching dengan coachee seorang guru yang sedang memiliki masalah dengan model TIRTA, berikut ini adalah praktik coaching sebagai hasil tugas Demonstrasi kontektual yang sudah saya lakukan.

Untuk lebih memahami penerapan coaching pada tanggal 31 Maret 2022 kegiatan dilanjutkan dengan elaborasi bersama instruktur yaitu ibu Santi Susanto yang secara gamblang telah mempaparkan dan mengajak beberapa CGP untuk praktik coaching dari sini saya memnemukan pemahaman yang lebih untuk bisa menerapkan praktik coaching di sekolah.

Selain kegiatan pembelajaran di LMS, minggu ini saya juga merancang kegiatan aksi nyata untuk modul 2.2 Pebelajaran Sosial dan Emosional, yaitu melakukan praktik mengajar dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi yang terintegrasi pembelajaran sosial dan emosional.

 2. Examination

 Pengalaman yang saya dapatkan pada pembelajaran minggu ini sangat banyak dan akan sangat berguna dalam melaksanakan tugas di sekolah. Misalnya, komunikasi asertif, sangat berguna dalam memjalin hubungan dengan rekan kerja, atasan, siswa, maupun masyarakat. Dalam komunikasi asertif, saya belajar bagaimana mendengarkan lawan bicara sekaligus mengungkapkan pendapat dengan baik, santun, tanpa menyinggung lawan bicara. Teknik bertanya efektif, memberikan saya pengalaman bagaimana mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengidentifikasi masalah yang dihadapi, mengali potensi, menjabarkan rencana, dan menuntun tanggung jawab. Menjadi pendengar aktif, sangat penting untuk diterapkan dalam berkomunikasi untuk membuat lawan bicara merasa nyaman, merasa diperhatikan, sekaligus kita dapat menyimak, memahami, dan memberi respons atas hal yang diungkapkan. Respons yang diberikan akan berguna bagi lawan bicara jika diberikan dalam bentuk umpan balik positif.

Semua keterampilan yang dipelajari, mendukung penguasaan pada coaching model TIRTA. Caching model TIRTA yang dilaksanakan dengan baik akan dapat membantu peserta didik mengetahui potensinya, menentukan rencana solusi dan mengambil tangung jawab. Hal ini penting dalam menjalankan peran sebagai guru yang menuntun murid guna mencapai kemandirian dalam hidup.

 3. Articulation of Learning

Setelah mempelajari coaching model TIRTA, saya tertarik untuk mencoba menerapkannya dalam membantu murid menemukan jalan keluar dari masalah yang dihadapinya. Coaching model TIRTA sangat berbeda dengan praktik konseling maupun mentoring yang selama ini diterapkan di sekolah. Dalam konseling, konselor berperan menggali masalah yang telah dilalui oleh klien, sedangkan dalam mentoring, mentor memberikan tips-tips mengatasi masalah berdasarkan pengalaman mentor. Sementara dalam coaching model TIRTA, coach tidak memberikan solusi secara langsung, tetapi menggali dari dalam diri coachee, potensi/kekuatan apa yang dapat dikembangkan guna menjadi solusi. Di sinilah keterampilan komunikasi dan bertanya efektif akan sangat berguna. Dalam meningkatkan kemampuan saya melakukan coaching, saya akan belajar dari rekan guru senior, kepala sekolah, rekan CGP, maupun dari media internet yang memberikan banyak contoh coaching. Saya akan mengasah kemampuan coaching, baik dengan murid maupun dengan rekan guru yang memiliki masalah. Harapannya, saya dapat membantu mereka mengidentifikasi masalah, menemukan potensi diri, merancang rencana solusi, dan komitmen dalam menjalankan rencana.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar